Sabtu, 13 Juni 2009

DI MANAKAH SYURGA DI MANAKAH NERAKA . .

   
  Bagian terakhir dari kehidupan Akhirat adalah Surga dan Neraka. Surga adalah 
tempat yang digambarkan sangat indah dan penuh fasilitas, yang disediakan bagi 
orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Sedangkan Neraka, adalah tempat yang 
digambarkan sangat mengerikan yang disediakan untuk orang-orang yang banyak 
berbuat dosa dan kejahatan.
   
  Dimanakah kedua tempat itu berada? Sampai sejauh ini, kebanyakan kita tidak 
memperoleh kesimpulan yang cukup memadai untuk menggambarkan Surga. Padahal 
sebenarnya Al Qur'an memberikan informasi yang sangat banyak tentang keduanya. 
Jika kita mencermatinya, Insya Allah kita bisa memperoleh gambaran yang lumayan 
baik.
   
  Yang pertama, Surga itu ternyata luasnya seluas langit dan Bumi. Hal ini 
disebutkan Allah didalam firmanNya
   
  QS. Ali Imran (3) : 133
  “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allah dan Surga yang luasnya 
seluas langit dan Bumi, yang disediakan kepada orang-orang yang bertakwa.”
   
  Seberapakah luasnya langit dan bumi? menjawab pertanyaan ini, harus terlebih 
dahulu pertanyaan : Langit yang mana, dan Bumi yang mana? Lho, apakah ada 
beberapa langit dan Ternyata langit kita ada 7 buah, dan demikian Apakah ada 
informasinya di dalam Al Qur'an? yang dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya.
   
  QS Ath Talaaq (65) : 12
  "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula Bumi.
   
  Bagaimanakah menjelaskan bahwa langit dan Bumi itu ada tujuh? Hal ini memang 
sangat abstrak, tetapi sebenarnya bisa dijelaskan dengan teori dimensi.
   
  Akan tetapi secara ringkas dan global saya coba uraikan di sini. 
Berulangkali, Allah memang mengatakan bahwa Dia menciptakan langit alam semesta 
ini sebenarnya bukan hanya satu, melainkan tujuh.
   
  Langit yang pertama dihuni oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, serta 
benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, supercluster dan lain 
sebagainya. Langit yang disebut sebagai langit Dunia ini berdimensi 3.
   
  Langit kedua dihuni oleh bangsa jin. Mereka memiliki dimensi 4. Alamnya 
sebenarnya berdampingan dengan kita, akan tetapi tidak bersentuhan, karena 
memang dimensinya berbeda. Perbandingannya bagaikan 'Dunia Bayangan' yang 2 
dimensi dan hidup di permukaan tembok, dengan 'Dunia Manusia' yang berdimensi 
3, hidup di dalam ruangan. Kedua dunia itu hidup berdampingan tetapi tidak 
bercampur aduk.
   
  Langit ketiga sampai ke enam, berturut-turut adalah berdimensi 5, 6, 7, dan 
8. Semua langit itu digunakan dalam masa penantian' oleh jiwa-jiwa manusia yang 
telah mati, selama di Alam Barzakh. Rasulullah, diceritakan pernah bertemu jiwa 
para Nabi ketika menjalani Mi'raj ke langit yang ke tujuh.
   
  Langit yang ke tujuh adalah langit tertinggi, yang berdimensi 9. Di langit 
inilah terdapat Surga dan Neraka. Ketika berada di Sidratul Muntaha, di langit 
ke tujuh, Rasulullah pernah melihat Surga. Hal ini diceritakan di ayat berikut 
ini.
   
  QS. An Najm (53) : 14 - 15
  “Di Sidratul Muntaha.”
  “Di dekatnya ada Surga tempat tinggal”
   
  Langit ke tujuh adalah langit yang 'terbesar' dan 'tertinggi' di antara ke 
tujuh langit itu. Sebab, menurut teori dimensi, langit yang lebih rendah 
dimensinya, termuat oleh langit yang lebih tinggi dimensinya. Berarti, langit 
ke tujuh memuat langit ke enam, memuat langit ke lima, ke empat ke tiga, ke dua 
dan ke satu.
   
  Bayangkan, ibarat sebuah kubus (dimensi 3) yang tersusun dari 
lembaran-lembaran luasan (dimensi 2), dan tersusun oleh garis-garis (berdimensi 
1), serta memuat titik titik dalam jumlah tak berhingga, sebagai komponen 
penyusunnya.
   
  Pendek kata, langit ke tujuh memuat seluruh eksistensi yang ada di langit 
pertama sampai ke tujuh. Maka, ketika Surga itu berada di langit ke tujuh, 
sebenarnya Surga itu memang memiliki luas yang seluas luasnya: terbentang 
antara langit dan Bumi. Bukan hanya langit Dunia, melainkan langit Akhirat, 
yaitu di langit yang ke tujuh. Akan tetapi, semua itu bisa diobservasi dari 
Bumi yang kita tempati ini. Kenapa bisa demikian?
   
  Bumi yang kita tempati ini berada di dalam pertama alias langit Dunia. Akan 
tetapi, karena langit pertama menjadi komponen penyusun Langit Kedua, maka Bumi 
ini juga berada di langit ke dua. Jika sebuah garis tersusun dari titik-titik, 
dan sebuah luasan tersusun dari garis garis yang dijejer, maka titik-titik itu 
pun akan menjadi penyusun luasan
   
  Demikian pula, Bumi sebagai komponen penyusun langit pertama, juga tetap 
eksis di langit ke dua, di langit tiga sampai langit yang ke tujuh.
   
  Hanya saja, karena sudut pandang setiap langit adalah berbeda beda, maka Bumi 
yang sama dilihat dari langit pertama akan berbeda dibandingkan dengan dilihat 
dari langit kedua. Demikian pula akan berbeda jika dilihat dari langit ke tiga 
sampai langit ke tujuh.
   
  Sehingga, kita bisa memahami apa yang dikatakan di QS. 65 : 12 di atas, bahwa 
sebagaimana langit, Bumi temyata juga ada 7 buah. Sebenarnya, bukan ada 7 buah 
Bumi, melainkan Bumi yang satu tersebut memiliki 7 wajah sesuai dengan sudut 
pandang langitnya.
   
  Dari Bumi yang satu itu juga kita sebenarnya bisa mengobservasi langit yang 
ke tujuh. Untuk bisa merasakan Surga dan Neraka, kita tidak perlu beranjak ke 
mana-mana. Cukup dari Bumi saja!
   
  Karena itu Allah mengatakan bahwa Akhirat itu sebenarnya terjadi di Bumi, 
seperti dikatakan Allah di QS. 7:25. Di Bumi itulah kita hidup, di Bumi itu 
kita mati, dan di Bumi itu pula kita dibangkitkan.
   
  Jadi, pada kenyataannya, kita ini sudah berada di dalam Akhirat (langit ke 
tujuh) sejak hidup di dunia. Hanya karena keterbatasan fisik dan indera kita 
saja, maka kita tidak menyadari bahwa kita telah berada di dalam alam Akhirat 
sejak awal.
   
  Alam Akhirat bukanlah alam yang sekarang tidak ada, lantas nanti diadakan 
setelah terjadinya kiamat. Bukan begitu. Alam Akhirat ini sekarang sudah ada. 
Bahkan, sejak alam semesta diciptakan, Allah sudah menciptakan Akhirat, Surga 
dan Neraka di langit yang ke tujuh. Tapi kita belum bisa merasakannya, karena 
badan kita 'terikat' di dimensi 3. Sementara itu, Akhirat berada di dimensi 9.
   
  Buktinya, Rasulullah sudah pernah melihat Surga itu di langit ke tujuh, saat 
Mi'raj. Dan ketika itu, sebenarnya Rasulullah tidak beranjak dari Bumi. Beliau 
hanya mengalami perjalanan dimensional, dari dimensi 3 di langit pertama menuju 
dimensi 9 di langit ke tujuh. Tetapi beliau masih tetap berada di Bumi!
   
  Oleh sebab itu, Surga ini bisa ditampakkan atau tidak ditampakkan oleh Allah 
kepada kita, karena ia memang sudah ada. Persoalannya, ia tersembunyi dari 
pandangan kita dikarenakan terbatasnya dimensi manusia. Jika batas-batas 
dimensi itu disingkapkan oleh Allah, kita akan bisa 'melihatnya' atau bahkan 
merasakannya.
   
  Nah, hal itu bakal terjadi kepada kita setelah terjadinya kiamat Bumi. Alam 
semesta bergerak menciut kembali, sehingga hukum alamnya akan berbalik 180 
derajat. Indera kita, termasuk 'mata hati', bakal bisa mengobservasi dan 
merasakan seluruh langit yang tujuh itu dari Bumi. Kita lantas bisa 'melihat' 
Surga dan Neraka, termasuk para malaikat yang hidup di langit ke tujuh.
   
   
   
   
   

Dialah Allah yang menciptakan cinta,

maka cintailah Allah diatas segalanya 

karena Ia telah memberikan kita hati untuk mencinta 

dan cintailah apa yang Allah cinta terhadap nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar