Bagian terakhir dari kehidupan Akhirat adalah Surga dan Neraka. Surga adalah
tempat yang digambarkan sangat indah dan penuh fasilitas, yang disediakan bagi
orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Sedangkan Neraka, adalah tempat yang
digambarkan sangat mengerikan yang disediakan untuk orang-orang yang banyak
berbuat dosa dan kejahatan.
Dimanakah kedua tempat itu berada? Sampai sejauh ini, kebanyakan kita tidak
memperoleh kesimpulan yang cukup memadai untuk menggambarkan Surga. Padahal
sebenarnya Al Qur'an memberikan informasi yang sangat banyak tentang keduanya.
Jika kita mencermatinya, Insya Allah kita bisa memperoleh gambaran yang lumayan
baik.
Yang pertama, Surga itu ternyata luasnya seluas langit dan Bumi. Hal ini
disebutkan Allah didalam firmanNya
QS. Ali Imran (3) : 133
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allah dan Surga yang luasnya
seluas langit dan Bumi, yang disediakan kepada orang-orang yang bertakwa.”
Seberapakah luasnya langit dan bumi? menjawab pertanyaan ini, harus terlebih
dahulu pertanyaan : Langit yang mana, dan Bumi yang mana? Lho, apakah ada
beberapa langit dan Ternyata langit kita ada 7 buah, dan demikian Apakah ada
informasinya di dalam Al Qur'an? yang dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya.
QS Ath Talaaq (65) : 12
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula Bumi.
Bagaimanakah menjelaskan bahwa langit dan Bumi itu ada tujuh? Hal ini memang
sangat abstrak, tetapi sebenarnya bisa dijelaskan dengan teori dimensi.
Akan tetapi secara ringkas dan global saya coba uraikan di sini.
Berulangkali, Allah memang mengatakan bahwa Dia menciptakan langit alam semesta
ini sebenarnya bukan hanya satu, melainkan tujuh.
Langit yang pertama dihuni oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, serta
benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, supercluster dan lain
sebagainya. Langit yang disebut sebagai langit Dunia ini berdimensi 3.
Langit kedua dihuni oleh bangsa jin. Mereka memiliki dimensi 4. Alamnya
sebenarnya berdampingan dengan kita, akan tetapi tidak bersentuhan, karena
memang dimensinya berbeda. Perbandingannya bagaikan 'Dunia Bayangan' yang 2
dimensi dan hidup di permukaan tembok, dengan 'Dunia Manusia' yang berdimensi
3, hidup di dalam ruangan. Kedua dunia itu hidup berdampingan tetapi tidak
bercampur aduk.
Langit ketiga sampai ke enam, berturut-turut adalah berdimensi 5, 6, 7, dan
8. Semua langit itu digunakan dalam masa penantian' oleh jiwa-jiwa manusia yang
telah mati, selama di Alam Barzakh. Rasulullah, diceritakan pernah bertemu jiwa
para Nabi ketika menjalani Mi'raj ke langit yang ke tujuh.
Langit yang ke tujuh adalah langit tertinggi, yang berdimensi 9. Di langit
inilah terdapat Surga dan Neraka. Ketika berada di Sidratul Muntaha, di langit
ke tujuh, Rasulullah pernah melihat Surga. Hal ini diceritakan di ayat berikut
ini.
QS. An Najm (53) : 14 - 15
“Di Sidratul Muntaha.”
“Di dekatnya ada Surga tempat tinggal”
Langit ke tujuh adalah langit yang 'terbesar' dan 'tertinggi' di antara ke
tujuh langit itu. Sebab, menurut teori dimensi, langit yang lebih rendah
dimensinya, termuat oleh langit yang lebih tinggi dimensinya. Berarti, langit
ke tujuh memuat langit ke enam, memuat langit ke lima, ke empat ke tiga, ke dua
dan ke satu.
Bayangkan, ibarat sebuah kubus (dimensi 3) yang tersusun dari
lembaran-lembaran luasan (dimensi 2), dan tersusun oleh garis-garis (berdimensi
1), serta memuat titik titik dalam jumlah tak berhingga, sebagai komponen
penyusunnya.
Pendek kata, langit ke tujuh memuat seluruh eksistensi yang ada di langit
pertama sampai ke tujuh. Maka, ketika Surga itu berada di langit ke tujuh,
sebenarnya Surga itu memang memiliki luas yang seluas luasnya: terbentang
antara langit dan Bumi. Bukan hanya langit Dunia, melainkan langit Akhirat,
yaitu di langit yang ke tujuh. Akan tetapi, semua itu bisa diobservasi dari
Bumi yang kita tempati ini. Kenapa bisa demikian?
Bumi yang kita tempati ini berada di dalam pertama alias langit Dunia. Akan
tetapi, karena langit pertama menjadi komponen penyusun Langit Kedua, maka Bumi
ini juga berada di langit ke dua. Jika sebuah garis tersusun dari titik-titik,
dan sebuah luasan tersusun dari garis garis yang dijejer, maka titik-titik itu
pun akan menjadi penyusun luasan
Demikian pula, Bumi sebagai komponen penyusun langit pertama, juga tetap
eksis di langit ke dua, di langit tiga sampai langit yang ke tujuh.
Hanya saja, karena sudut pandang setiap langit adalah berbeda beda, maka Bumi
yang sama dilihat dari langit pertama akan berbeda dibandingkan dengan dilihat
dari langit kedua. Demikian pula akan berbeda jika dilihat dari langit ke tiga
sampai langit ke tujuh.
Sehingga, kita bisa memahami apa yang dikatakan di QS. 65 : 12 di atas, bahwa
sebagaimana langit, Bumi temyata juga ada 7 buah. Sebenarnya, bukan ada 7 buah
Bumi, melainkan Bumi yang satu tersebut memiliki 7 wajah sesuai dengan sudut
pandang langitnya.
Dari Bumi yang satu itu juga kita sebenarnya bisa mengobservasi langit yang
ke tujuh. Untuk bisa merasakan Surga dan Neraka, kita tidak perlu beranjak ke
mana-mana. Cukup dari Bumi saja!
Karena itu Allah mengatakan bahwa Akhirat itu sebenarnya terjadi di Bumi,
seperti dikatakan Allah di QS. 7:25. Di Bumi itulah kita hidup, di Bumi itu
kita mati, dan di Bumi itu pula kita dibangkitkan.
Jadi, pada kenyataannya, kita ini sudah berada di dalam Akhirat (langit ke
tujuh) sejak hidup di dunia. Hanya karena keterbatasan fisik dan indera kita
saja, maka kita tidak menyadari bahwa kita telah berada di dalam alam Akhirat
sejak awal.
Alam Akhirat bukanlah alam yang sekarang tidak ada, lantas nanti diadakan
setelah terjadinya kiamat. Bukan begitu. Alam Akhirat ini sekarang sudah ada.
Bahkan, sejak alam semesta diciptakan, Allah sudah menciptakan Akhirat, Surga
dan Neraka di langit yang ke tujuh. Tapi kita belum bisa merasakannya, karena
badan kita 'terikat' di dimensi 3. Sementara itu, Akhirat berada di dimensi 9.
Buktinya, Rasulullah sudah pernah melihat Surga itu di langit ke tujuh, saat
Mi'raj. Dan ketika itu, sebenarnya Rasulullah tidak beranjak dari Bumi. Beliau
hanya mengalami perjalanan dimensional, dari dimensi 3 di langit pertama menuju
dimensi 9 di langit ke tujuh. Tetapi beliau masih tetap berada di Bumi!
Oleh sebab itu, Surga ini bisa ditampakkan atau tidak ditampakkan oleh Allah
kepada kita, karena ia memang sudah ada. Persoalannya, ia tersembunyi dari
pandangan kita dikarenakan terbatasnya dimensi manusia. Jika batas-batas
dimensi itu disingkapkan oleh Allah, kita akan bisa 'melihatnya' atau bahkan
merasakannya.
Nah, hal itu bakal terjadi kepada kita setelah terjadinya kiamat Bumi. Alam
semesta bergerak menciut kembali, sehingga hukum alamnya akan berbalik 180
derajat. Indera kita, termasuk 'mata hati', bakal bisa mengobservasi dan
merasakan seluruh langit yang tujuh itu dari Bumi. Kita lantas bisa 'melihat'
Surga dan Neraka, termasuk para malaikat yang hidup di langit ke tujuh.
Dialah Allah yang menciptakan cinta,
maka cintailah Allah diatas segalanya
karena Ia telah memberikan kita hati untuk mencinta
dan cintailah apa yang Allah cinta terhadap nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar